oleh: John Tierney, 2010 New York Times Syndicate
Dikutip
langsung dari majalah “Media Kawasan: Pondok Indah dan Sekitarnya”, Desember
2010
Pada
masa lalu, melamun seringkali dianggap sebagai sebuah kegagalan dari disiplin
mental, atau bahkan lebih buruk lagi, Freud menyebutnya kekanak-kanakan dan
neurotik. Buku-buku teks psikologi memperingatkan bahwa melamun bias menjurus
ke psikosis. Para ilmuwan persarafan mengeluh bahwa letupan aktivitas pikiran
yang tertangkap saat scan otak terus mengganggu kajian merka terhadap
fungsi-fungsi mental.
Tetapi
sekarang para periset justru menganalisa letupan pikiran itu dan menemukan
bahwa melamun itu sangatlah umum dan seringkali sangat bermanfaat. Pikiran yang
mengembara kemana-mana dapat melindungi dari bahaya dan menjaga untuk tetap
berada di jalan menuju tujuan jangka panjang. Kadang-kadang melamun tidak produktif, tetapi kadang-kadang mendorong
kreativitas dan membantu menyelesaikan masalah.
Pertimbangkan,
misalnya, ketiga kata ini: mata, lampu, keranjang. Dapatkah Anda memikirkan
kata lain yang berkaitan dengan ketiganya? Bila tidak, jangan kuatir. Pada saat
kita kembali untuk membahas makna ilmiah dari teka-teki ini, jawaban mungkin akan muncul bagi Anda, melalui “efek inkubasi”, ketika
pikiran Anda sedang melayang jauh dari teks artikel ini – dan ya, mungkin
pikiran Anda akan mengembara, terlepas dari seberapa hebatnya tulisan dalam
artikel ini.
Seperti
yang dirumuskan oleh psikolog, pikiran yang mengembara adalah subkategori dari
melamun, merupakan istilah yang sangat luas untuk semua pikiran dan khayalan,
termasuk saat-saat yang sengaja Anda sisihkan untuk membayangkan diri
memenangkan lotere atau menerima hadiah Nobel. Tetapi ketika Anda sedang
mencoba menyelesaikan suatu tugas lalu jatuh ke dalam “pikiran-pikiran yang
tidak berkaitan dengan tugas”, maka itu adalah pikiran yang mengembara.
Menurut
perkiraan para psikolog, yang telah menginterupsi orang di sepanjang hari untuk
menanyakan apa yang sedang mereka pikirkan, ternyata selama saat-saat bangun,
pikiran orang mengembara sebanyak 30 persen. Menurut dua periset terkemuka,
Jonathan Schooler dan Jonathan Smallwood dari University of California, ketika
Anda mengemudi mobil di jalan tol yang lurus dan sepi, mungkin pikiran Anda mengembara
di 75 persen waktu.
“Orang
menganggap pikiran yang mengembara adalah hal yang buruk, tetapi jika kita
tidak bisa melakukannya selama suatu tugas rutin, hidup bisa sangat
membosankan,” kata Smallwood.
“Ketika
pikiran seseorang dipenuhi dengan satu tugas, sistem ini menjaga agar agenda
yang lebih besar dari orang itu tetap segar di dalam pikirannya,” tulis Eric
Klinger, seorang psikolog pada University of Minnesota dalam “Handbook of
Imagination and Mental Simulation.” Jadi ia berfungsi seperti sebuah mekanisme
pengingat, dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan bahwa upaya pencapaian
tujuan utama akan tetap utuh dan tidak tenggelam dalam kesibukan mengejar
banyak tujuan lain;
Tentu
saja seringkali sulit untuk mengetahui agenda mana yang secara evolusioner
paling adaptif di satu saat tertentu. Misalnya, jika selama kuliah seorang
mahasiswa memperhatikan rekan wanita yang duduk di dekatnya; apakah otak akan
terlewat menangkap pengetahuan yang penting karena sedang mengerjakan agenda
yang lebih penting dalam menemukan pasangan? Ini tergantung pada kuliahnya.
Namun
begitu, ketika orang duduk selama setengah jam tanpa tujuan tertentu kecuali
membaca novel dan melapor manakala pikirannya mengembara, biasanya mereka
melaporkan suatu kejadian. Itupun kejadian yang mereka sadari, karena otak
mereka yang sedang mengembara itu sedang berada dalam tingkat kesadaran meta,
seperti yang disebut oleh Schooler.
Schooler
dan periset lain juga telah mempelajari banyak kejadian lain ketika subyek penelitian tidak menyadari
bahwa pikiran mereka sedang mengembara, kondisi yang dalam literatur psikologis
disebut “zoning out”.
Ketika
secara acak para peneliti menginterupsi subyek yang sedang membaca novel untuk
menanyakan apakah pada saat itu pikiran mereka sedang berada pada naskah
tulisan, sekitar 10 persen dari mereka menjawab bahwa pikiran mereka berada di
tempat lain – tetapi mereka tidak menyadari bahwa pikiran mereka sedang
mengembara sampai mereka ditanyai.
Sebenarnya
ke manakah pikiran itu pergi? Dengan pemindai otak, para ilmuwan saraf
mengenali suatu jaringan kerja yang orisinal dan otomatis atau “default
network” yang aktif ketika pikiran orang bebas mengembara. Ketika orang melakukan
suatu tugas, jaringan kerja pelaksana otak menjadi aktif untuk mengeluarkan
perintah-perintah, dan default network seringkali terhenti.
Tetapi
selama episode pikiran mengembara, kedua jaringan kerja ini sama-sama aktif,
kata kajian yang dipimpin oleh Kalina Christoff dari University of British
Columbia. Masih diperdebatkan mengapa kedua jarangan ini aktif bersamaan. Salah
satu teori mengatakan bahwa jaringan kerja pelaksana bekerja untuk
mengendalikan pikiran-pikiran yang melenceng dan mengembalikan pikiran kepada
tugas.
Aliran
psikolog lain, berteori bahwa kedua jaringan kerja bekerja untuk agenda-agenda
di luar tugas yang ada. Teori ini dapat membantu menjelaskan mengapa kajian-kajian menemukan bahwa
orang-orang yang rentan mengalami pikiran yang mengembara juga mendapat nilai
yang lebih tinggi pada uji kreativitas, seperti teka-teki asosiasi kata
yang telah disebut sebelum ini. Mungkin, dengan mengaktifkan kedua jaringan
kerja, orang-orang ini lebih bisa menyadari bahwa kata yang berkaitan dengan
mata, lampu dan keranjang adalah bola, yaitu dalam bola mata, bola lampu, dan bola
keranjang.
Untuk mendorong proses kreatif
ini, kata Schooler, akan membantu jika Anda pergi jalan kaki, lari-lari kecil,
merajut atau hanya duduk mencoret-coret kertas, karena tugas-tugas yang relatif
tidak menuntut ini kelihatannya membebaskan pikiran untuk mengembara secara
produktif. Tentu Anda juga ingin mengalami saat-saat
Eureka.
“Untuk kreativitas, pikiran Anda
perlu mengembara,” kata Schooler, “tetapi saat pikiran Anda sedang mengembara.
Anda harus dapat menangkap ide ketika ia muncul. Jika Archimedes mendapat jalan
keluar di bak mandi tetapi ia tidak
menyadari bahwa ia sedang mendapatkan ide, maka
tidak akan ada gunanya.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar