Minggu, 06 Mei 2012

Manfaat Penting dari Melamun



oleh: John Tierney, 2010 New York Times Syndicate
Dikutip langsung dari majalah “Media Kawasan: Pondok Indah dan Sekitarnya”, Desember 2010

Pada masa lalu, melamun seringkali dianggap sebagai sebuah kegagalan dari disiplin mental, atau bahkan lebih buruk lagi, Freud menyebutnya kekanak-kanakan dan neurotik. Buku-buku teks psikologi memperingatkan bahwa melamun bias menjurus ke psikosis. Para ilmuwan persarafan mengeluh bahwa letupan aktivitas pikiran yang tertangkap saat scan otak terus mengganggu kajian merka terhadap fungsi-fungsi mental.

Tetapi sekarang para periset justru menganalisa letupan pikiran itu dan menemukan bahwa melamun itu sangatlah umum dan seringkali sangat bermanfaat. Pikiran yang mengembara kemana-mana dapat melindungi dari bahaya dan menjaga untuk tetap berada di jalan menuju tujuan jangka panjang. Kadang-kadang melamun tidak produktif, tetapi kadang-kadang mendorong kreativitas dan membantu menyelesaikan masalah.

Pertimbangkan, misalnya, ketiga kata ini: mata, lampu, keranjang. Dapatkah Anda memikirkan kata lain yang berkaitan dengan ketiganya? Bila tidak, jangan kuatir. Pada saat kita kembali untuk membahas makna ilmiah dari teka-teki ini, jawaban mungkin akan muncul  bagi Anda, melalui “efek inkubasi”, ketika pikiran Anda sedang melayang jauh dari teks artikel ini – dan ya, mungkin pikiran Anda akan mengembara, terlepas dari seberapa hebatnya tulisan dalam artikel ini.
Seperti yang dirumuskan oleh psikolog, pikiran yang mengembara adalah subkategori dari melamun, merupakan istilah yang sangat luas untuk semua pikiran dan khayalan, termasuk saat-saat yang sengaja Anda sisihkan untuk membayangkan diri memenangkan lotere atau menerima hadiah Nobel. Tetapi ketika Anda sedang mencoba menyelesaikan suatu tugas lalu jatuh ke dalam “pikiran-pikiran yang tidak berkaitan dengan tugas”, maka itu adalah pikiran yang mengembara.

Menurut perkiraan para psikolog, yang telah menginterupsi orang di sepanjang hari untuk menanyakan apa yang sedang mereka pikirkan, ternyata selama saat-saat bangun, pikiran orang mengembara sebanyak 30 persen. Menurut dua periset terkemuka, Jonathan Schooler dan Jonathan Smallwood dari University of California, ketika Anda mengemudi mobil di jalan tol yang lurus dan sepi, mungkin pikiran Anda mengembara di 75 persen waktu.

“Orang menganggap pikiran yang mengembara adalah hal yang buruk, tetapi jika kita tidak bisa melakukannya selama suatu tugas rutin, hidup bisa sangat membosankan,” kata Smallwood.

“Ketika pikiran seseorang dipenuhi dengan satu tugas, sistem ini menjaga agar agenda yang lebih besar dari orang itu tetap segar di dalam pikirannya,” tulis Eric Klinger, seorang psikolog pada University of Minnesota dalam “Handbook of Imagination and Mental Simulation.” Jadi ia berfungsi seperti sebuah mekanisme pengingat, dan dengan demikian meningkatkan kemungkinan bahwa upaya pencapaian tujuan utama akan tetap utuh dan tidak tenggelam dalam kesibukan mengejar banyak tujuan lain;

Tentu saja seringkali sulit untuk mengetahui agenda mana yang secara evolusioner paling adaptif di satu saat tertentu. Misalnya, jika selama kuliah seorang mahasiswa memperhatikan rekan wanita yang duduk di dekatnya; apakah otak akan terlewat menangkap pengetahuan yang penting karena sedang mengerjakan agenda yang lebih penting dalam menemukan pasangan? Ini tergantung pada kuliahnya.

Namun begitu, ketika orang duduk selama setengah jam tanpa tujuan tertentu kecuali membaca novel dan melapor manakala pikirannya mengembara, biasanya mereka melaporkan suatu kejadian. Itupun kejadian yang mereka sadari, karena otak mereka yang sedang mengembara itu sedang berada dalam tingkat kesadaran meta, seperti yang disebut oleh Schooler.

Schooler dan periset lain juga telah mempelajari banyak kejadian lain ketika subyek penelitian tidak menyadari bahwa pikiran mereka sedang mengembara, kondisi yang dalam literatur psikologis disebut “zoning out”.

Ketika secara acak para peneliti menginterupsi subyek yang sedang membaca novel untuk menanyakan apakah pada saat itu pikiran mereka sedang berada pada naskah tulisan, sekitar 10 persen dari mereka menjawab bahwa pikiran mereka berada di tempat lain – tetapi mereka tidak menyadari bahwa pikiran mereka sedang mengembara sampai mereka ditanyai.

Sebenarnya ke manakah pikiran itu pergi? Dengan pemindai otak, para ilmuwan saraf mengenali suatu jaringan kerja yang orisinal dan otomatis atau “default network” yang aktif ketika pikiran orang bebas mengembara. Ketika orang melakukan suatu tugas, jaringan kerja pelaksana otak menjadi aktif untuk mengeluarkan perintah-perintah, dan default network seringkali terhenti.

Tetapi selama episode pikiran mengembara, kedua jaringan kerja ini sama-sama aktif, kata kajian yang dipimpin oleh Kalina Christoff dari University of British Columbia. Masih diperdebatkan mengapa kedua jarangan ini aktif bersamaan. Salah satu teori mengatakan bahwa jaringan kerja pelaksana bekerja untuk mengendalikan pikiran-pikiran yang melenceng dan mengembalikan pikiran kepada tugas.

Aliran psikolog lain, berteori bahwa kedua jaringan kerja bekerja untuk agenda-agenda di luar tugas yang ada. Teori ini dapat membantu menjelaskan mengapa kajian-kajian menemukan bahwa orang-orang yang rentan mengalami pikiran yang mengembara juga mendapat nilai yang lebih tinggi pada uji kreativitas, seperti teka-teki asosiasi kata yang telah disebut sebelum ini. Mungkin, dengan mengaktifkan kedua jaringan kerja, orang-orang ini lebih bisa menyadari bahwa kata yang berkaitan dengan mata, lampu dan keranjang adalah bola, yaitu dalam bola mata, bola lampu, dan bola keranjang.

Untuk mendorong proses kreatif ini, kata Schooler, akan membantu jika Anda pergi jalan kaki, lari-lari kecil, merajut atau hanya duduk mencoret-coret kertas, karena tugas-tugas yang relatif tidak menuntut ini kelihatannya membebaskan pikiran untuk mengembara secara produktif. Tentu Anda juga ingin mengalami saat-saat Eureka.

“Untuk kreativitas, pikiran Anda perlu mengembara,” kata Schooler, “tetapi saat pikiran Anda sedang mengembara. Anda harus dapat menangkap ide ketika ia muncul. Jika Archimedes mendapat jalan keluar  di bak mandi tetapi ia tidak menyadari bahwa ia sedang mendapatkan ide, maka  tidak akan ada gunanya.”



Tidak ada komentar:

Posting Komentar