Jumat, 30 Desember 2011

mencari air mata ketulusan ♡

Terlihat sosok gadis berkulit putih, bertubuh langsing dan berambut ikal sedang sibuk mengelap meja yang menyisakan piring dan gelas . Memang sedang melakukan sesuatu, namun matanya tak lepas dari pandangan sesuatu yang berada di pojok itu . Tak lama kemudian, berteriaklah sosok laki-laki di sudut ruangan itu .

" Mengapa kau terus menatap ku dengan tatapan sinis sehingga membuat ku salah paham terhadap diri mu ? " ucap laki-laki berjas hitam tersebut .

Tatapan ku masih saja sinis terhadap laki-laki itu . Aku ingin sekali berteriak-teriak kembali terhadap semua perlakuan ia di masa lalu . Namun, tidak boleh aku lakukan, bukan tidak bisa . Sungguh, aku tidak ingin sisa 49 hari ku hilang begitu saja . Tuhan, bagaimana ini, aku merasa tak sabar untuk terus memaknai pandangan ini .

" Maaf, Tuan . Pandangan apa yang anda maksud ? " Tanya ku polos masih dengan tatapan seolah ingin membunuhnya .

*dalam hati ini berkata*

Tuhan, bantu aku untuk tetap menjaga kalung ini, aku tidak ingin menyakiti diri ku sendiri .
Tuhan, jaga aku untuk bisa menahan air mata ini .

Hah, sungguh tidak tahu malu laki-laki ini, seharusnya kau pantas untuk mendapatkan tatapan sinis seperti ini, sesuai dengan perbuatan mu dulu . Kau munafik !!
Telah menyakiti ku, kau laki-laki yang aku percaya di dunia ini, justru kau lah orang terjahat di dunia ini .
Aku ...... sangat membenci mu .


Beberapa detik kemudian ..

" Nona, kau ini menatap ku penuh curiga, ada apa dengan mu ? " masih saja ia bertanya dengan kasar .
" Tuan, saya disini hanya sebagai pelayan, itulah pekerjaan saya " jawab ku lugas .
" Mengapa kau ini ? " laki-laki ini mulai kesal .
" Untuk apa kau bertanya Tuan, apakah kau merasa bahwa kau sepantasnya di pandang seperti ini oleh semua orang ?? " lugas kekesalan ku terhadapnya .

Sosok laki-laki itu langsung terdiam . Aku segera pergi ke balkon untuk meyelesaikan pekerjaan ku . Tak ayal meninggalkan perbincangan yang bisa membuat aku lebih mati nantinya .

Aku masih saja melamunkan kematian ini . Bagaimana tidak, seharusnya hari ini adalah hari bahagia ku . Mengapa ini semua terjadi pada ku ? Mengapa aku menangis ? Tidak boleh, aku hanya meminjam tubuh ini .
Tubuh yang selama 49 hari menemani ku mencari kebenaran akan cinta sejati yang selama ini aku percaya .
Kehidupan baru yang ingin aku dapatkan dengan cara ku sendiri . Dunia ini ternyata berbeda, aku lebih mudah mengingat di bandingkan dulu, aku yang sungguh teramat ceroboh .

Melamunkan sesuatu yang sebenarnya tidak untuk dilamunkan karena percuma saja, aku hanya sebuah roh yang berharap kalung ini berisikan air mata ketulusan dari orang-orang yang mencintai ku, tidak termasuk Ayah dan Ibu ku .

Disaat aku menangis, setelah kematian ku, aku sendiri, tidak ada yang menangisi kepergian ku .
Hhuh, aku baru menyadari itu saat ini .
Mengapa aku sangat bodoh ?
Sakit sekali rasanya ketulusan ku tak ternilai oleh orang-orang yang aku percaya, termasuk kau !!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar